Hasil Analisis Inovasi bentuk figur Kayon wayang kulit purwa gaya Surakarta

 

Hasil Analisis Ujian Terbuka Promosi Doktor Pandu Pramudita

“Inovasi bentuk figur Kayon wayang kulit purwa gaya Surakarta”

 

            Kesenian wayang kulit tidak hanya memiliki nilai adi luhung pada aspek pertunjukkan dan sastra, tetapi juga pada aspek bentuk (Pandu Pramudita). Gunungan dalam wayang biasa juga disebut kayon, yaitu salah satu unsur yang mendukung pergelaran wayang. Dalam gunungan terdapat ornament yang sangat unik dan makna yang dalam. Disebut gunungan karena berbentuk segitiga, seperti gunung. Disebut kayon, kata ini mungkin juga semula berasal dari Bahasa arab “chayu” yang berarti hidup. Wayang kayon memiliki beberapa perubahan pada waktu ke waktu. Dari mulai Geni dadi sucining jagat, Gapura lima retuning bumi dan Figur kayon gapuran. Wayang kulit Kayon memiliki 6 Ragam dalam satu bentuk yaitu,

  •  Ragam Ukuran : Tinggi 75 – 99 Cm, Lebar 38 – 59 Cm
  •  Ragam Raut Bidang : Wengku, Bedhahan dan Kadiwengku
  •  Ragam Isian : 97 ragam terdiri dari tumbuhan (20), hewan (43), makhluk mitologis (6), benda alam (11), buatan (13) dan symbol (4).
  •  Ragam Tatahan : 14 ragam terdiri dari, bubukan tratasan, untu walang, bubukan iring, mas-masan, gubahan, inten-intenan, smunem, sekar katu, patnan, seritan, sembuliyan, pipil dan susnik.
  • Ragam Sunggingan : Sorotan, Gemblengan dan Padang Bulan.
  • Ragam Sunggingan belakang : Sunggingan Api dan Sunggingan Air.

            Kayon memiliki dua wanda yang berbeda, Wanda Wadon memiliki bentuk gempal sedangkan Wanda Lanang memiliki bentuk yang lebih ramping. Pada pengalaman estetis dalam bentuk citra fisik memiliki Presepsi Kayon, Presepsi Gunungan dan Presepsi Bentangan Alam. Pengalaman Estetis dari seorang seniman adalah keistimewaan bentuk dan nilai sakral. Dijelaskan bahwa nilai filosofis bentuk Kayon bermacam macam (Makromos, Mikromos, Metakromos) yang tentunya nilai tersebut memiliki relevansi yang kuat terhadap kehidupan manusia pada saat ini. Teori yang terlihat merupakan bagaimana inovasi bentuk Kayon dalam wayang kulit purwa gaya Surakarta. Hal tersebut telah dijelaskan secara rinci melalui kajian yang dilakukan. Pada makna dari wayang Kayon berubah-ubah yang dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan promovendus memiliki makna tersendiri dari bentuk wayang Kayon agar makna nya tetap dan tidak berubah.

            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam wayang Kayon terdapat simbol tuntunan moral kepada manusia selama hidup di dunia. Di tengah euforia budaya digital saat ini, ternyata para pujangga di Nusantara pada masa lampau sudah mampu menciptakan pemaknaan ajaran kehidupan yang sampai saat ini masih tetap relevan untuk diimplementasikan pada semua lini kehidupan manusia. Dan rupa dari wayang Kayon sendiri memiliki kaidah yang berbeda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS SEMIOTIKA DALAM SERIAL ANIME JUNJI ITO MANIAC: JAPANESE TALES OF THE MACABRE

Mengidentifikasi Metafora, Metanimi dan Mitos pada jurnal

Mengarungi mitos dari sebuah karya seni rupa lagu